Monday 13 October 2014

#KelasBelajar Seksualitas dan Gender

"Ih, mobil depan lambat banget sih. Pasti yang nyetir cewek."
"Jadi cowok plin-plan amat. Ngambil keputusan aja lama. Pake rok aja sanah!"
"Oh pantes aja dia diperkosa. Liat aja baju yang dia pakai. Selalu yang mengundang."
"Perempuan itu kodratnya kasur-dapur-sumur."
"Jangan main sama dia. Dia lesbian/gay. Nanti kamu ketularan."

Sering gag sih bok denger kalimat-kalimat macem gitu di pergaulan sehari-hari? Yang sexist, homophobic, sampe judgemental gitu? Gue mah kalo bisa OD denger yang begonoan, udah mokad dari lama kali. Tapi makin ke sini mah gue selalu mikir, "Ah, mereka hanya belum tercerahkan. Masih ada harapan kok." kalo denger kalimat begonoan either sengaja maupun gag sengaja.

Soal gender dan seksualitas ini udah jadi issue yang gue dalami sejak gue SMA. Jadi istilahnya gue udah punya basic lah untuk issue begonoan. Namun seiring pertambahan usia biologis, gue merasa kayaknya pengetahuan gue tentang issue gender dan seksualitas tuh kudu di upgrade. Gila loh. Sejak lulus SMA ampe sekarang gue udah gag pernah kongkow sama mbak-mbak dan mas-mas yang udah lebih dulu belajar dan mendalami hal beginian. :O

Emang dasar kalo kitanya niat mah selalu aja ada jalan. Sekitar hari Rabu ato Kamis minggu lalu, gue liat timeline ask.fm ada yang nge-like answer dari akun Bentara Bumi yang isinya announcement kalo doi bikin sebuah event. Nama event nya adalah #KelasBelajar Gender dan Seksualitas.
Dan sebagai gratisan hunter, gue pun excited ketika tau event ini gratis. Wuh!

Well, singkat cerita, akhirnya gue daptar via email ke alamat yang tertera, dapet email konpirmasi, dan siap duduk manis di Sabtu pagi. ^^

Ide awal Bentara Bumi (yang selanjutnya akan gue sebut kak Bumi) bikin event ini adalah ketika kak Azza, partnernya, mengeluarkan kalimat yang terasa sexist pas lagi mobilan bersama kak Bumi. Setelah berdiskusi dalam beberapa kesempatan, akhirnya muncul lah ide untuk bikin #KelasBelajar Gender dan Seksualitas.

Pengisi materi di event ini namanya Dhyta Caturani yang kalo di twitter dikenal dengan akun @purplerebel. Doi ini aktipis sejak tahun 90an. Bocah pergerakan pas tahun 98 dan (menurut gue) sungguh paham ampe ngelotok mengenai issue gender dan seksualitas. Gue ngepens sejak pertama liat doi di #AksiRokMini di tahun 2011 lalu. Gaya dan tatonya keren hahah. Otak dan pengalamannya pun sik. Mengagumkan deh pokoknya.
Sebagai permulaan, mbak Dhyta ngajak para peserta yang berjumlah 11 orang untuk main games. Well, menurut gue gag games-games banget sih. Bikin spektogram gitu. Jadi doi semacam nanya sikap kita terhadap beberapa premis yang disampaikan. Apakah lo sangat setuju, agak setuju, ragu-ragu, agak tidak setuju, atau sangat tidak setuju terhadap premis yang dibacakan.
Nah, abis itu baru deh masuk ke topik bahasan tentang apa sih gender itu? Bedanya sama sex tuh apa? Sebagian besar peserta udah pada ngerti dan paham tuh soal gender. Mbak Dhyta cerita, di sebuah pelatihan macem gini yang dia isi, pernah ada pesertanya yang bilang kalo gender itu artinya perempuan. :p

Dibuat pula gender box dengan kategori Perempuan x Laki-laki (kelamin) dan Maskulin x Feminin (atribut gender). Terus kita disuruh masing-masing masukin beberapa sifat gender yang diketahui sama masyarakat luas. Buat yang dimasukin di kategori kelamin, ada yang kalo laki-laki tuh macem rapat warga, bertukang, berpolitik, dan banyak lagi. Kalo di perempuan ada memasak, mengurus rumah tangga, menjahit, dan sebagainya. Untuk lebih lengkapnya, bisa diliat di bawah ini:
Gender box (kelamin)
Gender box (atribut gender)
Yang seru adalah ternyata di atribut gender itu gag selalu isi yang di maskulin itu harus dimiliki lakik dan yang di feminin itu harus dimiliki oleh pereu. Karena bisa aja ada pereu yang tegar nan kekar dan lakik yang lembut nan rapi. Dan ke-crossover-an (?) itu gag berpengaruh dan mengurangi kadar ke-lakik-an atau ke-pereu-an seseorang. Exhibit A: Gue itu perempuan yang bandel dan kasar. Tapi selain bandel dan kasar, gue pun manja dan sensitif dan cengeng. Kesimpulannya, atribut gender ini gag bisa saklek 'ditempelin' di jenis kelamin tertentu aja. Itu semua kembali pada setiap individu. Atribut ini cair karena bisa ada di manusia berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

Selama ini gue paham kalo gender adalah konstruksi sosial yang ditempelin ke seorang individu tergantung jenis kelaminnya dan sex adalah sesuatu yang emang udah dari sononya ada kayak begitu. Ibaratnya kalo sex itu karena berisi rahim, penis, vagina, menstruasi, jakun, sperma, dan hal-hal biologis lainnya dan merupakan kodrat dari Tuhan. Sementara gender itu adalah apa yang dikonstruksikan oleh society tentang sebuah jenis kelamin. Maka dari itu, gag valid tuh kalimat, "perempuan itu KODRATnya kasur-dapur-sumur". Karena hal itu pilihan. Lo boleh aja berkutat di 3 tempat itu kalo emang lo memilih untuk menjadi ibu rumah tangga yang baik. Tapi boleh juga kalo lo mau jadi petualang dan gag berkeluarga.
Gag jauh beda lah ya sama pemahaman gue selama ini. EYM!
Sampe sini gue udah sanggup menyatakan diri sebagai manusia yang berjenis kelamin (sex) perempuan dan bergender... apa ya gender gue? Hmmm... Sesuai mood. Hahah. Boleh dah disebut tanpa gender atau gender-queer karena atribut gender gue tuh ada di maskulin dan feminin.

Slide selanjutnya bikin gue tercengang dan mengerutkan jidat maksimal. Karena manusia itu selain ada sex dan gender punya juga yang disebut identitas gender, ekspresi gender, orientasi seksual, dan identitas seksual. Orientasi seksual sebenernya gag termasuk yang gue kerutin karena gue juga udah paham apaan itu dan udah tau ada apaan aja di bagian orientasi seksual.
Selain itu ada pansexual, demisexual, asexual, saphiosexual, queer, dan banyak lagi segala macamnya. Gugling dah gih.
Pas ngeliat 3 slide itu gue langsung kayak, "yaoloh kok itu banyak banget kategorinya...". Dengan kategori sex, gender, dan orientasi seksual aja gue butuh merenung 2 tahun untuk mendefine nya. Lalu apa lagi ini identitas gender, ekspresi gender, dan identitas seksual? Gue nanya ke mbak Dhyta apakah perlu gue men-define semuanya. Menurut doi mah gag usah. Senyamannya gue aja jadi individu enaknya bijimana. Well, okelah.

Gue cukup bersyukur abis dibilangin begonoh sama si mbak Dhyta. Jadinya gue cuma kudu men-define diri sampe orientasi seksual aja.

Tapi ternyata, orientasi seksual pun gag cuma yang selama ini gue tau. Pas jeda sesi, gue sama beberapa perokok stay di tempat acara buat ngobrol-ngobrol sama mbak Dhyta. Pas lagi ngomongin orientasi seksual, si mbak Dhyta nunjukkin slide berisi simplified matrix 48 kind of people. Di mana yang namanya heterosexual dan homosexual itu dapat dibagi lagi menjadi 3 bagian. Sampe sini gue bingung gimana cara nulisinnya saking gue masih amazed ternyata persoalan orientasi seksual itu lebih ribet dari yang gue tau selama ini. Heheh. Yah pokoknya beneran elmu baru banget dan gue beruntung banget nemu informasi event ini. Tengkyu kak Bumi dan kak Azza. *tsun shayang*

Setelah jeda, masuklah ke topik pembahasan kedua yaitu ketidakadilan gender. Mbak Dhyta mengawalinya dengan penjelasan tentang apa sih ketidakadilan gender itu.
Abis itu ditunjukkin beberapa mitos yang bikin kekerasan berbasis gender begitu merajalela di dunia.
Ada satu mitos yang semitos-mitosnya di mana kalo perempuan korban perkosaan itu akibat dari pake pakean yang mengundang selera ewita. Karena faktanya, perkosaan itu bukanlah masalah itu. Coba dah kalo lo rajin pantengin berita, lo pasti sekali dua kali nemu kasus perkosaan di mana korbannya adalah nenek-nenek dan bayik. Soal mitos ini udah pernah gue tulis di marih.

Dan ada satu fakta miris yang sumbernya dari Catatan Komnas Perempuan di mana ada 35 perempuan yang diperkosa dalam satu hari. Itu berati kurang lebih tiap 40 menit, ada aja perempuan yang diperkosa di negara ini! Oh, aku tak kuat menerima fakta tersebut. :(

Intinya, perkosaan terjadi bukan karena dorongan seksual (horny) tapi relasi kuasa (kepemilikan/hak seksual atas korban). Bukan soal lakik yang tetiba horny abis ngebokep terus cari 'mangsa' buat diperkosa supaya ada pelampiasan. Kata mbak Dhyta, kalo alasannya kek gitu, itu sama aja merendahkan derajat lakik. Apa bedanya dong sama hewan yang cuma nurutin insting aja? Katanya manusia. Katanya punya akal dan budi. Gitu.

Kenapa kah bisa terjadi hal bernama ketidakadilan gender di dunia ini? Tak lain dan tak bukan adalah karena adanya relasi kuasa yang timpang dan tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan yang disebabkan oleh sistem patriarki.

Apa sik makhluk bernama patriarki yang nyusahin baik laki-laki dan perempuan itu?
Sistem patriarki ini dilanggengkan oleh norma sosial, budaya, dan agama selama ribuan tahun. Mangkodir doi udah berakar dan bekerak banget dalam kehidupan sehari-hari manusia.

Terus adalagi yang dinamakan heteronormativitas. Di mana relasi kuasa lakik kepada pereu jadinya gag terbatas pada hubungan heteroseksual aja. Pada hubungan sesama jenis juga ada yang kek beginian. Hal ini disebabkan oleh paradigma biner dan heteronormatif.
Inilah sebabnya kenapa gue ga suka istilah andro, butch, femme. @bentarabumi
Heteronormativitas menjadi berbahaya dlm relasi homoseksual karena dapat menjadi asal mula kekerasan domestik. Contohnya dalam relasi lesbian. Seperti yang kita tau, ada label yang disematkan pada lesbian yaitu butch (yang berekspresi maskulin) dan femme (yang berekspresi feminin). Nah, karena menyadur konstruksi lakik-pereu, kebanyakan butch ini bersikap seolah femme nya adalah miliknya. Doi bisa memperlakukan femme nya seenak jidat karena doi merasa memiliki si femme. Gag jauh beda kan sama lakik posesip yang merasa memiliki pereu yang jadi pasangannya? Heteronormativitas yg berbasis patriarki membuat relasi kuasa di antara pasangan homoseksualitas menjadi timpang. Padahal seharusnya relasi sesama jenis itu setara hak dan kewajibannya. Tidak semaunya memiliki yang lebih lemah daripadanya. Well, relasi heteroseksual juga emang harus gitu sik.

Ada semacam fun fact di mana ternyata gender dan seksualitas itu punya hirarki. Tingkatan yang paling 'mulia' dan yang paling 'hina-dina'. Sekali lagi gue merasa miris tau fakta itu karena, ya Tuhan, kek gag cukup aja gitu kasta dalam bentuk kekayaan dan kehidupan sosial. Ini masih ada pun kasta untuk gender dan seksualitas manusia. :(
Kalo ada yang gag ngerti dari urutan hirarki di atas, monggo diberdayakan itu gugel sama wikipedia.
Selain materi, tersedia juga waktu untuk sharing pengalaman mengenai gender dan seksualitas masing-masing. Ada lakik gay yang come out nya terbilang mulus, yang transmen juga ada yang cerita kalo hidup tuh ngehek pisan buat mereka, lesbian pun, sampe seorang pereu yang mengaku 'hetero mentok' kalo menurut Skala Kinsey.
Pembahasan beginian sanggup bikin lupa waktu kalo kata mbak Dhyta. Lima jam gag cukup. Katanya, minimal 3 hari untuk memahami ampe ngelotok materi soal gender dan seksualitas. Tapi, yeah, kudu prepare total itu otak biar gag ngebul pas nyerap materi beginian.

Acaranya seru maksimil. Gue harapin banget ada #KelasBelajar lanjutan buat topik gender dan seksualitas ini. Atau minimil mbak Dhyta nya punya waktu luang banyak buat ngeladenin banyak pertanyaan gue soal gender dan seksualitas. Karena topik ini sungguh sangat ribet namun seru luar biasa untuk di dalami.

Semoga setelah ini gue, dan para peserta lain, sanggup menjadi agent of illumination bagi kawan-kawan di lingkungan pergaulan biar pada keluar dari gender box yang sudah terkonstruksi sejak zaman dahulu kala.



Sekian dan terima aja kalo dijodohin sama MIKA~


Putu-putunya diembat dari twitternya kak Bumi. Just so you know~

No comments:

Post a Comment