Friday 23 April 2010

A Must-Read for Those Who Called Themself as a Part of Queen Royal Family

Sebuah lembaga musik berpengaruh di Inggris, Capital Gold Network, 26 September lalu memberikan anugerah Legends Awards untuk para pemusik internasional. Empat kategori terpenting diberikan kepada Vokalis Legendaris Pria dan Perempuan (Legendary Male dan Legendary Female), Grup Legendaris (Legendary Group) dan Album Legendaris (Legendary Album).Untuk vokalis pria yang terpilih adalah Rod Stewart, sementara yang perempuan diberikan kepada Diana Ross. Album Legendaris jatuh ke tangan Rumours karya Fleetwood Mac, sementara gelar Grup Legendaris direbut oleh Queen yang terdiri atas Farroukh Bulsara alias Freddie Mercury (vokal), Brian May (gitar), John Deacon (bas), dan Roger Taylor (drum).

Bulan September 1998, British Market Research Bureau dalam risetnya menempatkan Queen sebagai artis musik terbesar keempat sepanjang masa setelah The Beatles, Elvis Presley, dan Frank Sinatra. Itulah sebabnya majalah musik Mojo edisi Agustus 1999 bertanya kepada para pembaca: apakah benar Queen merupakan band terbesar kedua setelah The Beatles?
Penjualan album mereka di pasar global sangat fenomenal, dan Bohemian Rhapsody (Bo Rhap) menjadi single terbaik ketiga sepanjang masa setelah Strawberry Fields (The Beatles) dan Smells Like Teen Spirit (Nirvana). Permainan gitar May dalam nomor Bo Rhap dinobatkan sebagai salah satu dari 10 lead terbaik sepanjang masa.

Setiap atlet atau tim olahraga yang baru dinobatkan menjadi juara pasti menyanyikan lagu wajib We Are The Champions. Bukan hanya orang dewasa saja yang menjadi penggemar rock, namun anak-anak balita di seluruh dunia sudah hafal dengan tempo "deg-deg-plas" ketika menyanyikan bait "We wil, we wil rock you" dari nomor We Will Rock You.

Tiga tahun setelah berhasil dengan hit pertama, Queen dengan dengan sombong mengatakan: No time for losers, we are the champion, my friend! Tiga tahun setelah itu setiap personel Queen mencatat rekor baru di Guinness Book sebagai direktur perusahaan dengan gaji terbesar 700.000 poundsterling.

"Konyol rasanya jika kami akhirnya gagal. Kami selalu bilang ingin menjadi band terbesar di dunia. Kami selalu terang-terangan dalam soal itu. Kami tidak suka jika hanya menjadi band terbesar keempat di dunia," kata Taylor, yang hidup mewah layaknya seorang bintang rock.

Berbeda dengan May yang justru tidak bahagia dengan kekayaannya saat ini. "Uang saya cuma 30 poundsterling sebelum sukses bersama Queen dan waktu itu hidup saya jauh lebih berbahagia ketimbang saat ini. Lain dengan Roger yang menikmati setiap sen yang dia dapat," tutur May.

"Queen nyaris menghancurkan kami. Walaupun dipuja-puji, kami kesepian. Kami seperti pergi ke tempat asing yang membuat kami tidak pernah bisa dewasa. Kami menderita, itulah sebabnya mengapa Freddie terjangkit penyakit menakutkan (AIDS). Dia orang baik-baik, namun sempat kehilangan kendali," kata May lagi.

Queen tidak pernah berpura- pura menjadi grup rock yang antikemapanan dan bangga berasal dari kalangan kelas menengah-sementara semua bintang rock Inggris mengaku sebagai pahlawan kelas buruh. May bahkan hampir menyelesaikan disertasi doktornya tentang astronomi ketika tiba-tiba dia memilih karier sebagai pemusik.

May pertama kalinya kontak dengan Taylor-ketika itu calon dokter gigi di kampus yang sama dengan May-di tahun 1967 ketika mencari seorang penggebuk drum untuk membentuk sebuah band baru. Bersama Tim Staffel (vokalis/bas), mereka membentuk Smile yang usianya tidak panjang dan hanya menerbitkan sebuah album saja.

Staffel mempunyai teman baik bernama Mercury yang sering mengkritik penampilan Smile. Dia memperkenalkan Mercury kepada May dan Taylor, dan ketiga orang tersebut kebetulan mempunyai musisi favorit yang sama: Jimi Hendrix. "Ketika berkenalan dengan Freddie, saya dan May sadar kami mempunyai selera musik yang sama. Dia penggila Hendrix yang sejati," kata Taylor.
Menurut May, Mercury adalah musisi yang berbakat sekaligus eksentrik. "Freddie menulis lagu dengan kunci-kunci yang aneh. Kebanyakan band rock memainkan kunci A atau E, dan bisa D atau G. Lain dengan musik Freddie yang mempunyai struktur chord yang aneh dan susah dimainkan dengan gitar, namun sebetulnya kaya. Dengar saja Bicycle Race," kata May.

Di tahun 1969 itu, Mercury, May, dan Taylor sudah bersiap- siap meluncurkan Queen-nama yang diusulkan Mercury. "Kami mencoba banyak pemetik bas. Kami lagi-lagi beruntung karena salah seorang teman mengenal John Deacon," tutur Taylor. Deacon ketika itu juga masih mahasiswa seperti May dan Taylor.
Mereka masih menunggu datangnya tahun 1970 untuk memulai beraksi, dan berjuang selama tahun 1971, termasuk menjadi band pembuka konser Yes di Kingston Poly tanggal 20 Februari 1971. Untuk mengisi waktu senggang di sela-sela konser, Mercury dan Taylor mencoba berdagang barang- barang bekas di Notting Hill.

Album pertama, bertajuk Queen, diterbitkan Juli 1973. Sukses baru diraih lewat album Queen II yang dirilis Maret 1974 lewat single Killer Queen dan Seven Seas Of Rhye. Meskipun masih miskin, Mercury dan ketiga kawannya menikmati masa-masa menjadi bintang baru dalam tur panjang ke AS, Eropa, dan Jepang.
Ketenaran Queen baru benar- benar melangit ketika mereka merilis album keempat, A Night At The Opera dengan sebuah magnum opus, Bo Rhap. Di bulan Desember 1975 Opera langsung melejit ke urutan pertama dan bertahan selama 50 pekan. Album "kembar" Opera, Day At The Race lahir 12 bulan kemudian.
Sukses membawa petaka bagi Queen dan biasanya pertikaian pecah gara-gara soal uang. May dan Mercury sempat tidak saling bicara, sementara Taylor merasa rezeki buat dia selalu kurang. "Kami ribut melulu, frustrasi satu sama lain. Masing-masing sempat berencana keluar dari Queen," Taylor menuturkan suasana rekaman tahun 1980.

Titik nadir Queen terjadi tatkala mereka di tahun 1982 merilis Hot Space yang gagal total. Deacon sempat mengangkat martabat Queen ketika menciptakan nomor Another One Bites The Dust, atau memainkan bass line yang funky dalam nomor Under Pressure dan I Want To Break Free.
Taylor pun tidak mau kalah dengan Radio Ga Ga, It's A Kind Of Magic dan One Vision. Saat itu, Queen yang selalu berusaha demokratis dalam sistem pengambilan keputusan menjadi band yang mempunyai empat penulis lagu sekaligus. Grup- grup besar macam The Beatles atau Rolling Stones bahkan tidak mempunyai bakat menulis yang merata seperti itu.

Di musim panas 1986, Queen menggelar tur Eropa yang sukses besar. Namun, tak lama setelah itu, mereka terkejut Mercury tertular AIDS. "Kami baru tahu kondisi dia tahun 1987 ketika kami berada di Swiss dan segera tahu waktu dia tinggal sedikit. Sebelumnya kami sudah curiga ada yang salah," kata Taylor.
"Begitu kami tahu Freddie sakit, kami berusaha melindungi dia," kata May. "Kami terpaksa berbohong kepada setiap orang, bahkan kepada keluarga kami sendiri karena dia tidak mau terganggu oleh sakitnya itu. Dia selalu bilang, 'saya tidak mau orang membeli album kita hanya karena rasa kasihan'," ujar May.
Dua album pasca-AIDS yang diterbitkan adalah The Miracle (1989) dan Innuendo (Februari 1991). Meskipun belum ada pengumuman resmi, ketika itu sudah banyak media massa yang memuat foto-foto Mercury yang sudah kurus seperti tengkorak. May menilai Mercury mungkin bernasib baik dengan pergi terlalu cepat agar tidak kecewa menyaksikan keruntuhan grup yang dia beri nama Queen.

No comments:

Post a Comment