Orang Miskin Sudah Boleh Sakit

Waktu gue kasih tau junior kesayangan tentang apa topik yang bakal gue tulis malam ini, dia cuma geleng-geleng kepala. Kok? Nih percakapan gue dan dia beberapa jam yang lalu:

Di: Mekdi, gag?
Me: Yuk! Gue sekalian mo nulis, nih.
Di: Buat Benefit?
Me: Bukan. Buat blog.
Di: Mo bikin tulisan tentang apa?
Me: Tentang BPJS.
Di: *hening*
Me: Naon?
Di: Abis foreplay lalu BPJS, ya. Hmm..
Me: *smiling smugly* 

Sebelum postingan ini ditulis, gue juga baru aja publishing sajak yang dibikin bareng dua junior gue lewat groupchat (bisa diliat di sini). Gue baru ngeh kenapa si junior tadi ampe geleng-geleng kepala sama topik yang mau gue tulis ini. Muehehe...

Well, tahun 2011 gue sempet bikin tulisan tentang pelayanan kesehatan yang bikin rakyat menengah ke bawah ribet hanya untuk berobat dengan biaya yang ringan. Alhamdulillah 5 tahun hal yang kayak gue tulisin di postingan ini sudah tidak terlihat lagi.

Berterimakasihlah pada berjalannya program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan atau BPJS Kesehatan. BPJS ini ada 2 jenisnya. Untuk tenaga kerja namanya BPJS Tenaga Kerja sementara untuk yang per seorangan namanya BPJS Kesehatan.

Dulunya, BPJS ini adalah jaminan sosial yang bernama ASKES (Asuransi Kesehatan) dan Jamsostek (Jaminan Sosial Tenaga Kerja). Biasanya yang dapet kedua hal tersebut kan pekerja atau PNS. Sementara kalo warga biasa yang gag kerja atau yang gag kerja di sektor formal, jarang ada yang punya si ASKES atau Jamsostek ini. Makanya pada postingan di 2011 itu, warga menengah ke bawah kudu fotokopi puluhan lembar dokumen untuk dapet keringanan biaya pengobatan.

Untuk asal muasal BPJS ini lo bisa liat di Wikipedia.

Anyway, sejak ada BPJS, asuransi kesehatan dari negara mulai disebar ke seluruh masyarakat dari berbagai lapisan. Sejak diluncurkan dan dijadikan efektif pada 1 Januari 2014, seluruh warga negara Indonesia wajib terdaftar jadi anggota BPJS. Mau yang mampu dan yang kurang mampu.

Kenapa yang mampu kudu ikutan juga? Kan mereka bisa beli asuransi kesehatan yang coverage-nya lebih luas dari pada yang diberikan oleh BPJS?

Dari yang gue baca, BPJS ini sifatnya macem subsidi silang. Perlu diketahui kalo BPJS kesehatan ternyata ada yang anggotanya musti bayar dan ada yang gag bayar. Gue rasa itu buat yang below poverty line. Nah, ketika warga yang gag bayar ini sakit atau butuh medical attention karena sesuatu hal, mereka bakal dibiayain sama iuran yang dibayarkan oleh anggota BPJS yang bayar.

Singkatnya, anggota BPJS saling membiayai anggota BPJS yang lainnya.

Efek dari BPJS ini baru berasa sama gue ketika kesehatan bokap mulai bermasalah di pertengahan 2015 lalu. Setelah doi selesai dengan urusan lambung bolong, banyak hal yang mempengaruhi kesehatan yang bikin doi sungguh kurus. Dibiayain sama adek bokap, akhirnya doi periksa ke dokter. Surprise surprise, ternyata paru-paru bokap berair dan doi kena kelainan tiroid. Dua hal itu berpengaruh sama nafsu makan dan berat badan doi.

Tentu saja om gue cuma biayain sampe kita tau apa yang salah sama bokap. Untungnya saat itu terjadi, sekeluarga udah jadi anggota BPJS sejak tahun 2014. Jadi nyokap gue yang tangguh segera cari informasi gimana caranya memanfaatkan keanggotaan BPJS kami.

Setelah mengsong sana mengsong sini, dapet info gitu info gini, akhirnya nyokap dapet surat rujukan dari fasilitas kesehatan tingkat satu supaya bokap bisa dapet examination dari dokter di rumah sakit. Setelah bokap diperiksa sama dokter dan dikasih tau masalah apa aja yang terjadi sama kesehatannya, maka dimulailah rentetan kunjungan rutin sebulan sekali ke dokter spesialis dan berbutir-butir obat yang kudu dikonsumsi supaya keadaan bokap jadi mendingan. Sampe sekarang.

Dengan keadaan keuangan keluarga gue yang lagi seret dan guenya yang masih nganggur, entah gimana caranya bokap melakukan pengobatan kalo tanpa BPJS. Gue rasa gue kudu merelakan leptop dan Mr. Bad Guy untuk dijual supaya bisa biayain pengobatan bokap.

My point is, BPJS is really helpful. Despite dari nyinyiran segelintir orang yang bilang pemerintah ngeboongin rakyat lewat BPJS, gue sebagai pembayar iuran BPJS yang cukup rajin merasa sungguh sangat terbantu. Gotta say thanks to other peserta BPJS karena bantuan dari iuran mereka bisa bikin pengobatan bokap gue lancar.

Lo cukup isi formulir terus dateng subuh-subuh ke kantor BPJS buat bikin dan ngurus segala tetek bengek segala macem seharian lalu voila! Keanggotaan lo bisa digunakan berobat 7 hari (apa 3 bulan, ya? CMIIW) setelah akun lo aktif. Simple. Yang penting lo gigih aja untuk berangkat pas kuntilanak baru pulang patroli untuk menuju kantor BPJS. Karena antrian orang yang mau daptarnya tuh membludak terus setiap harinya.

Kalo ada yang ngeluh ngantrinya lama pas berobat, yaudah sih. Toh ngantri bukan pas lo dalam keadaan emergency (yang emang dalam keadaan emergency akan langsung ditindak baru ditanyain BPJS-nya). Sabar aja, yang sakit bukan cuma lo dan keluarga lo. Setidaknya lo udah gag perlu fotokopi berlembar-lembar dokumen untuk keringanan biaya pengobatan.

Dengan BPJS, kalo lo sakit, lo gag perlu bayar dokter dan obat yang diperlukan untuk kesembuhan lo. Semuanya gratis seada-adanya. Lo bayangin bokap gue yang kenak kelainan tiroid dan paru-parunya sempet berair kudu ngonsumsi obat kek gimana aja. Yang pasti bukan yang macem kek amoxcillin, obat-obatan bokap lebih advance dari itu.

So guys, gue saranin banget untuk segera daftar jadi anggota BPJS. Iurannya gag mahal, kok. Mereka ada sistem kelas gitu. Iuran kelas 1 Rp 80.000,-/bulan, kelas 2 Rp 51.000,-/bulan, dan kelas 3 Rp 25.500,-/bulan. Kelas-kelasnya itu maksudnya manfaat fasilitas yang didapat sesuai kelas di rumah sakit. Ngarti lah ya gimana cara kerja yang kek begonoan.

Kalo pun lo merasa sudah terlalu mampu untuk mendapatkan kemudahan dari negara (punya asuransi sendiri, misalnya), coba daftar aja yang kelas 3 gitu. Itung-itung lo bisa ikut bantuin meringankan pembiayaan orang lain yang lebih membutuhkan.

Gue gembira akhirnya orang miskin sudah boleh sakit tanpa perlu kerepotan. Gue gembira akhirnya kerja pemerintah untuk kesehatan rakyat lebih keliatan.

Hmmm... Apa lagi yak. Keknya segitu aja deh cerita gue tentang BPJS. Udah dini hari dan gue belom pulang ke rumah karena nebeng wifi di mekdi. Nanti kalo ada yang tiba-tiba muncul buat tulisan ini, dipastikan bakal gue tambahin.

Perlu diketahui ya, tulisan ini bukan karena di-endorse sama pemerintah khususnya BPJS. Ini tulisan gue bikin murni berasal dari rasa bersyukur gue akan keberadaan BPJS. Terima kasih, ya, negara. Terima kasih, ya, anggota BPJS yang rajin bayar iuran. :)

Cheers! ^^