Aku sedang merasakan
kekosongan di dalam diriku
Kekosongan yang
tiba-tiba
Seperti akar
tumbuhan yang belum kokoh benar tercerabut dari tanah
Tumbuhan yang meski
sudah tidak bisa lagi disebut tunas, akarnya belumlah kuat untuk mencengkeram
tanah tempatnya berpijak
Diri ini bagai ceruk
tanah yang terbentuk setelah akar yang baru sebentar bersemayam dicerabut
tiba-tiba tanpa ampun
Aku kehilangan
Kehilangan senyum
lebarmu yang manis
Kehilangan tawa
riangmu yang selalu terdengar renyag di telinga
Kehilangan binar
matamu setiap kali kamu menceritakan hal-hal yang menurutmu menarik dengan
antusias
Juga kehilangan
ekspresi wajahmu yang tetap dalam mode serius meski aku sedang mencoba
berkelakar
Jadi, beginikah
rasanya kehilangan?
Tak peduli sudah
sekuat apa akar mencengkeram tanah
Ketika dicerabut
tetap saja meninggalkan ceruk
Yang pasti akan
menciptakan kekosongan
Bagi sang tanah
Jika aku tanah, bisa
dikatakan aku adalah tanah yang beruntung
Karena sempat
menjadi tempat akarmu berpijak
Meski hanya
sebentar, hanya sampai fase tunas lewat sedikit
Entah setelah ini
kamu akan dibawa ke mana
Tapi dapat
kupastikan sekarang kamu sudah berada di tempat terbaik
Bagai tumbuhan, kamu
adalah spesies cantik yang pantas menempati tempat yang baik
Semoga suatu saat
nanti kita dapat bertemu lagi
Di waktu yang akan
datang, entah kapan, kuharap bisa kembali menjadi tanah bagi tumbuhan cantik
sepertimu berpijak
Auf Wiedersehen
Terima kasih
Di atas K.M. Mutiara
Persada III menuju Pelabuhan Panjang, Lampung
Senin, 9 Januari
2017 | 16:35 WIB
No comments:
Post a Comment