Suatu sore beberapa
minggu yang lalu, setelah gue menyelesaikan tugas di tempat magang, gue merasa
bagian di antara pundak dan leher sebelah kanan tuh kaku banget. Jadilah gue
minta tolong mentor magang yang merupakan salah satu kakak kesayangan gue untuk
pijetin bagian itu. Untungnya doi mau. Lalu dia pun langsung coba ngurut itu
bagian leher gue. Bare hands. Tanpa minyak atau lotion yang melumuri jemarinya.
Bukannya ngilang itu
rasa kaku, gue malah meringis pedih karena pijetannya seret banget. Gue
langsung nyamperin meja temen yang gue sinyalir punya lotion atau
minyak-minyakan. Gapapa deh kalo yang doi punya adalah minyak kayu putih
sekalipun (gue bisa dibilang alergi sama bau minyak kayu putih entah sejak
kapan karena aromanya bikin nafas gue sesak), yang penting si kakak bisa ngurut
leher gue tanpa rasa seret. Ternyata dia punya hand cream. Jadi gue kasihinlah
itu hand cream ke si kakak untuk ngurut leher gue yang kaku.
Si kakak pun kembali
ngurut bagian yang kaku di antar leher dan pundak gue. Sekitar 15 menit
kemudian, kaku yang gue rasakan pun hilang dan dunia kembali damai.
Gue bukan mau
promosiin keahlian si kakak dalam hal pijat dan urut --walaupun emang
recommended banget itu jemari dia buat melakukan kegiatan itu. Tapi pas selama
diurut sama doi, gue kepikiran, "giling, badan bagian luar aja gag enak
banget kalo diurut/digosok tanpa pakek minyak ato lotion ato sesuatu yang bikin
licin. Gimana kalo ewita tapi foreplay-nya kurang greget?"
Gue juga gag ngerti
kenapa kepikiran kek begono. Sungguh.
But seriously, for
women, proper foreplay could lead to perfect intercourse which then lead to an
amazing orgasm --or multi-orgasm if you were lucky enough. Secara fisiologis
jika perempuan distimulasi sedemikian rupa sampe terangsang maksimal, vagina akan
generously memproduksi cairan yang nantinya akan memperenak mempermudah proses penetrasi. Kalo seorang
perempuan baru terangsang separo, yang berarti itu cairan lubrikasi dari vagina
juga baru keluar separo, dipastikan kegiatan intercourse akan jadi kurang
menyenangkan. Karena sebenarnya itu vagina belom siap untuk menerima penis.
Emang, kalo kata
lagunya Queen di album A Kind of Magic yang juga merupakan sontrek film
Higlander, 'Pain is So Close to Pleasure'. But is it? Senyeri-nyerinya rasa
enak dalam sexual intercourse, gue rasa gag ada yang lebih gag ngenakin dari
pada kegiatan ewita yang kurang lubrikasi. Rasa gag nyaman yang menuju enak
dari intercourse yang kurang lubrikasi itu beda sama pas pantat lo ditabok atau
rambut lo dijambak untuk memperpanas permainan. Percayalah. Gitu kalo kata
temen gue. Gue mah kan gag paham soal praktek. xD
Pernah baca sebuah
thread di forum xxx gitu, di mana isinya gue anggap sebagian besar lakik, kalo
ewita sama perempuan yang 'terlalu becek' gag enak. Licin. Gesekannya kurang
mantep. Hence, terdapatlah yang namanya tongkat madura atau treatment yang namanya
ratus. Biar vagina si perempuan jadi 'keset' dan ketika ewita, fraction saat
penetrasi jadi terasa luar biasa...... buat si lakik, tentunya.
Sekarang kalo gue
inget soal begono, gue mah bakal bilang (secara waras), "bagus dong kalo
pasangan lo 'becek'. Artinya lo bisa bikin doi terangsang maksimal" atau
(kalo secara nyeleneh), "itu titid lo aja kali kekecilan, makanya pas
penetrasi gesekannya kurang berasa sama lo".
Menurut gue, yang
emang ngefans banget sama bagian foreplay dari sebuah sesi ewita (di film
bokep), foreplay itu bukan cuma ajang rangsang sini-rangsang sana atau raba
ini-raba itu. Lebih dari itu, foreplay yang tepat sangat diperlukan perempuan
untuk mempersiapkan vaginanya menghadapi permainan yang akan terjadi.
Kalo
seorang perempuan belom siap di bawah sana, selain gag nyaman, kemungkinan
vaginanya bisa berdarah setelah penetrasi. Buat para lakik, lower your pride. Itu
bukan dan belum tentu 'darah perawan' (bahkan kalo emang itu adalah kali
pertama pasangan lo melakukan sexual intercourse), tapi pendarahan yang terjadi
karena fraction dari penetrasi pada vagina yang kurang lubrikasi. Risiko
penyakit dan infeksi yang mungkin dialami seorang perempuan setelahnya bisa
jadi sangat tinggi karena hal ini.
Sebagai lakik, lo
kudu pikirin apakah pasangan lo udah siap untuk berangkat ke level selanjutnya
yaitu penetrasi. Jangan cuma pikirin kesiapan lo sendiri aja. Menurut gue,
lakik itu selalu siap kapan aja kalo soal intercourse. Tinggal dia mau atau
engga dan diijinin atau engga untuk melakukannya.
Sementara kalo perempuan,
selain consent terhadap kegiatan ewita, dia juga kudu siap secara fisik dengan
indikator seberapa 'becek' dia di bawah sana. Kalo belom siap atau belom cukup
'becek', kalian para lakik punya tugas untuk bikin pasangan memiliki kenyamanan
yang cukup, bahkan ekstra, untuk akhirnya memulai permainan.
Be creative, guys!
Berdayakan lidah, bibir, jemari, atau bahkan alat bantu macem vibrator untuk
bikin pasangan lo siap. Kalo emang pasangan lo termasuk perempuan yang memiliki
masalah terhadap lubrikasi pada vagina, jan kek orang susah. Ada teknologi bernama
lubricant macem Durex Play atau merek lain yang banyak dijual di pasaran yang
bisa dimanfaatkan. Ingat, cari yang berbahan dasar air. Jangan minyak. Karena
kalo lo pakek lubricant yang berbahan minyak, hal tersebut bisa bikin fraction
saat penetrasi jadi terasa panas dan bahkan bisa bikin kondom yang dipakek
bermasalah pun. Kalo yang ini gue tau dari artikel di sebuah majalah. xp
Intinya adalah,
pastikan kegiatan ewita diawali dengan foreplay. Kalo bisa, bikin perempuan
yang jadi pasangan lo mencapai orgasme duluan dengan foreplay yang dilakukan.
Dengan begitu, pasangan lo akan menikmati permainan dan tingkat kekerenan lo
akan bertambah karena berhasil bikin seorang perempuan mencapai kenikmatan
tiada tara yang disebabkan oleh diri lo.
Karena gue percaya
kalo ewita yang luar biasa adalah yang bikin para partisipannya mendapatkan
kadar enak yang setara. Talking about equality... ;)
That's all, folks!
No comments:
Post a Comment